IBX5980432E7F390 Sekilas Tentang Perkembangan Kota Depok - Depok Netizen

Sekilas Tentang Perkembangan Kota Depok


Depok netizen - Depok pada era awal tahun 1980-an masih disebut atau dijuluki sebagai "tempat jin buang anak". Wajar bila Depok kala itu mendapat julukan seperti itu, mengingat sebelum tahun 1980 baru ada beberapa proyek perumahan skala nasional yang dibangun di Depok yaitu Perumahan Nasional (Perumanas) Depok 1 yang merupakan Perumahan Nasional pertama di Indonesia yang selesai dibangun oleh Perum Perumnas pada tahun 1976, kemudian perumahan Depok Utara dan Depok 2. Selain itu, status Depok juga masih sebatas Kota Kecamatan yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Logo Kota Depok
Logo Kota Depok
Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran perumahan nasional (perumnas) Depok I, Depok Utara, Depok 2 dan juga Depok Timur mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan Depok di tahun-tahun selanjutnya.

Perumahan Nasional (Perumnas) Pertama di Indonesia
Perumnas Depok 1 di Kelurahan Depok Jaya merupakan perumahan nasional pertama di Indonesia yang dibangun oleh Perum Perumnas. Selesai dibangun pada tahun 1976 dan diresmikan langsung Presiden Ke-2 RI Bapak HM Soeharto, tepatnya pada 12 Agustus 1976.
Perumnas Depok 1, ketika itu sering dicibir orang sebagai "rumah kandang burung merpati" karena ukuran dan bentuk rumahnya yang kebanyakan kecil yaitu type 21/72, 36/90, 45/90 dan hanya sebagian berukuran besar 2 lantai itupun hanya yang berada di sisi jalan utama yaitu Jalan Nusantara Raya. Bangunannya beratapkan asbes, dindingnya sebagian berupa tembok dari batako putih dan diatasnya menggunakan seperti triplek namun berbahan bekas serutan kayu yang dipres, jendelanya sebagian besar menggunakan kaca yang disebut kaca nako dan tinggi langit-langit rumah hanya sekitar 2,3 meter saja,. Dalam setiap gang, terdapat minimal 12 rumah dimana satu deret berdampingan ada 6 rumah. Perolehannya pun tidak bisa memilih atau menentukan sendiri melainkan dengan cara diundi. Beruntung yang memperoleh rumah perumnas Depok 1 dengan posisi dipinggir atau hook yang tanahnya sedikit lebih luas.

Akses Jalan dan Transportasi Akses jalan utama dari Jakarta menuju kota Depok kala itu juga terbatas. Hanya ada dua akses jalan raya dengan aspal yang cukup baik, yaitu Jalan Raya Bogor dan Jalan Raya Pasar Minggu - Depok. Jalan Raya Pasar Minggu ke Jalan Margonda Depok dengan lebar hanya cukup 2 mobil untuk dua arah berlawanan dengan pemandangan utama pada kanan dan kiri jalan adalah kebun jambu, pepaya  dan sebagian pisang. Kalau Anda perhatikan ketika melewati jalan Margonda menuju Pasar Minggu atau sebaliknya, maka jalan yang masih berbentuk aspal merupakan sisa dari jalan lama Depok-Ps.Minggu. Untuk menuju Depok 2, dapat melewati Jalan Raya Bogor dan bila akan menuju kawasan Margonda dan Depok 1 harus melewati sebuah jembatan Panus (sebuah jembatan peninggalan jaman Belanda yang hanya cukup dapat dilewati satu kendaraan secara bergantian dengan arah berlawanan pada saat itu sebelum dibangun jembatan panus baru di sebelahnya).

Sarana transportasi lain yang dapat digunakan adalah KRL (Kereta Rel Listrik) Jakarta - Bogor. KRL Jakarta - Bogor resmi digunakan bertepatan dengan peresmian Perumnas Depok I pada 12 Agustus 1976. Peresmian dilakukan oleh Presiden RI Ke-2 Bapak HM Soeharto yang ketika meresmikan Perumnas Depok I melakukan perjalanan menggunakan KRL dari Jakarta ke Depok.
Jangan membayangkan KRL dimasa itu dengan Commuter Line saat ini. Sangat jauh perbedaannya. Ketika itu, jika kita naik KRL akan kita temui para pedagang sayuran dan buah, pedagang kerupuk kaleng dengan kaleng besarnya, pedagang ayam dan lain-lain. Bahkan ada penumpang yang naik di atap kereta (ini berbahaya, jangan ditiru ya). KRL dulu boro-boro menggunakan AC, paling top pakai kipas angin. Kebayang khan bagaimana suasananya?.

Ada juga Kereta Rel Diesel (KRD) yang berangkat dari Stasiun Bogor ke Stasiun Jakarta Kota dan dalam satu hari hanya satu kali perjalanan. KRD tersebut berangkat pada pukul 04.00 WIB pagi dengan para penumpang utama para pedagang sayur dan buah dan pedangan lainnya.

Status Depok Pada tahun 1982, Kota Depok memperoleh kenaikan status dari Kota Kecamatan menjadi Kota Administratif (Kotif) namun tetap masih menjadi bagian dari Kabupaten Bogor. Kotif Depok ketika itu memiliki 3 Kecamatan dengan 17 Kelurahan.

Pada tahun 1986, terdengar khabar bahwa akan dibangun kampus baru Universitas Indonesia (UI) di Depok dan ternyata khabar tersebut benar adanya. Kampus UI Depok mulai dibangun pada tahun 1987. Keberadaan kampus baru UI yang menempati lahan dengan luas sekitar 320 hektare  yang letaknya berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan Depok selanjutnya.

Sebenarnya sebelum dibangunnya kampus baru UI Depok, di Jalan Raya Margonda pada tahun 1985 telah dibangun sebuah kampus perguruan tinggi bernama STMIK Gunadarma (kini bernama Universitas Gunadarma) dan resmi beroperasi pada tahun 1987. Universitas Gunadarma Depok diakui juga mempunyai peran cukup besar bagi nama dan perkembangan pendidikan di Depok.

Hadirnya kampus baru UI Depok memberikan dampak kemajuan tersendiri bagi Depok, yang sangat terasa adalah dibangunnya jalan yang menghubungkan Depok dengan Jakarta melalui Pasar Minggu. Jalan Raya Depok - Pasar Minggu, yang tadinya hanya satu jalur, dibuat 2 jalur terpisah dengan satu arah seperti sekarang ini. Kemudian dibangun pula akses jalan penghubung dari Jalan Margonda ke Kelapa Dua Depok dan pembangunan Fly-over UI Depok. Pada saat proses pembangunan jalan tersebut, ada peristiwa yang cukup terkenal yang dikenal dengan nama "Gubuk 1 Milyar" yaitu saat proses pembebasan lahan dimana terdapat sebuah rumah yang pemiliknya bertahan dengan tuntutan ganti rugi sebesar 1 Milyar rupiah.

Dengan pesatnya perkembangan Kota Depok, pada tahun 1999 Kotif Depok dinaikkan statusnya menjadi Kotamadya dan terpisah dari Kabupaten Bogor. Kenaikan status ini memberikan peluang bagi kota Depok untuk mengembangkan semua aspek secara mandiri.

Setelah menjadi Kotamadya, Depok terus dan terus berkembang. Jalan Margonda sudah tidak seperti yang dahulu, kini di kiri dan kanan sepanjang jalan Margonda tidak akan ditemui lahan kosong apalagi kebun dengan buah-buahan jambu atau pepaya seperti di masa lalu karena semuanya berubah sesuai dengan tuntutan kemajuan jaman.

0 Komentar Untuk "Sekilas Tentang Perkembangan Kota Depok"

Posting Komentar